DI BLOG MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA II
KELOMPOK 2

Staf Pengajar Bagian Keperawatan Jiwa FIK UNPAD

Staf Pengajar Bagian Keperawatan Jiwa FIK UNPAD
Ibu Efri, Ibu Tati, Pak Iyus, Ibu Suryani, Ibu Imas dan Ibu Aat

About Me

Foto saya
Merupakan Kelompok dari Mata Kuliah Kep.Jiwa 2 Terdiri dari: Ramdani, Ratih Puji Lestari, Dessi Yuliani, Anggi Megawati, Ingrit Ratna Furi, Rizky Yeni, Dwiana Wima

TEMA BLOG KAMI

GANGGUAN ORIENTASI REALITA DAN SKIZOFRENIA
SERTA GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL


KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Klien Nn. B, 24 tahun, anak ke-4 dari 7 bersaudara (3 orang adik lain ibu), dari tiga keluarga Bpk. A (almarhum) dan Ibu I (almarhum), bertempat tinggal di Jakarta Barat. Klien masuk rumah sakit tanggal 14 Maret 1996, dirawat untuk yang ketiga kalinya dengan keluhan utama klien sering merobek-robek bajunya, telanjang, dan ingin lari dari rumah. Sejak kecil, klien dianggap mengalami gangguan jiwa, dianggap bodoh sehingga klien tidak disekolahkan. Diumah selalu dikucilkan dan tidak pernah diajak berkomunikasi, tidak mempunyai teman dekat, tidak ada anggota keluarga yang dianggap teman dekat klien. Akibatnya, klien sering menyendiri, melamun, dan mengatakan bahwa ada suara yang menyuruh pergi. Karena klien tidak mau pergi, sebagai gantinya klien disuruh merobek-robek bajunya dan menggores-gores tubuhnya dengan silet.
Keluarga merasa tidak mampu untuk merawat dan akhirnya membawa klien ke rumah sakit jiwa (RSJ) dengan alasan mau diajak nonton film. Selama di RSJ, ibu tiri klien tidak pernah menjenguk dan kadang kala kakak kandung klien datang ke RSJ untuk membawakan pakaian serta membayar biaya obat-obatan, tetapi kakaknya tidak mengakui klien sebagai adiknya. Dari hasil observasi didapat data tentang klien, yaitu rambut kotor dan bau, banyak kutu, wajah lusuh, tatapan mata kosong, gigi kuning, banyak kotoran, tercium bau yang tidak enak, telinga kotor, kulit kotor banyak daki, kuku panjang dan kotor, tidak memakai alas kaki. Klien mengatakan malas mandi. Gaya bicara klien hati-hati, bicara apabila ditanya, jawaban singkat. Klien sering duduk sendiri dan banyak tidur.

Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan untuk kasus diatas adalah
1. Isolasi sosial : menarik diri;
2. Gangguan sensori/persepsi: halusinasi pendengaran;
3. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri;
4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis;
5. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik;
6. Defisit perawatan diri: mandi dan berhias;
7. ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah;
8. Gangguan pemeliharaan kesehatan.


Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dari pohon masalah pada gambar diatas adalah sebagai berikut :
1. Risiko Perilaku Kekerasan terhadap Diri Sendiri berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
2. Gangguan Sensori/Persepsi: Halusinasi Pendengaran berhubungan dengan menarik diri.
3. Isolasi Sosial: Menarik Diri berhubungan dengan harga diri rendah kronis.
4. Gangguan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan defisit persawatan diri: mandi dan berhias.
5. Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.


DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Resiko gangguan sensori/persepsi halusinasi berhubungan dengan menarik diri
TUM
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
TUK:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
KRITERIA EVALUASI
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
INTERVENSI
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
KRITERIA EVALUASI
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari :
· Diri sendiri
· Orang lain
· Lingkungan
INTERVENSI
· Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandanya
a. ” Di rumah, Ibu tinggal dengan siapa”
b. ”Siapa yang paling dekat dengan Ibu”
c. ”Apa yang membuat Ibu dekat dengannya”
d. ”Dengan siapa Ibu tidak dekat”
e. ”Apa yang membuat Ibu tidak dekat”
· Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan yang menyebabkan klien tidak mau bergaul
· Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksidengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
KRITERIA EVALUASI
3.1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
Misalnya:
· Banyak teman
· Tidak sendiri
· Bisa diskusi, dll
INTERVENSI
3.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman
3.1.2. Beri kesempatan kepada klien untuk berinteraksi dengan orang lain
3.1.3. Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3.1.4. Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapakan perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
KRITERIA EVALUASI
3.2.Klien dapat menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain
INTERVENSI
3.2.1. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain
3.2.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain
3.2.3. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
3.2.4. beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan interaksi sosial secara bertahap
KRITERIA EVALUASI
Klien dapat mendemonstrasikan interaksi sosial secara bertahap antara :
· Klien-perawat
· Klien-perawat-perawat lain
· Klien-perawat-perawat lain-klien lain
· Klien-keluarga-/kelompok/masyarakat
INTERVENSI
4.1.1 kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.1.2. Bermain peran tentang cara berhubungan/berinteraksi dengan orang lain
4.1.3. dorong dan bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain melalui tahap :
· Klien-perawat
· Klien-perawat-perawat lain
· Klien-perawat-perawat lain-klien lain
· Klien-keluarga-/kelompok/masyarakat
4.1.4.Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4.1.5. Bantu klien untuk mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial
4.1.6. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain
4.1.7. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.1.8. Beri penguatan positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berinteraksi dengan orang lain
KRITERIA EVALUASI
Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berinteraksi dengan orang lain untuk :
· Diri sendiri
· Orang lain
INTERVENSI
5.1.1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi dengan orang lain
5.1.2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
5.1.3. Beri penguatan positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang lain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
KRITERIA EVALUASI
. Keluarga dapat :
· Menjelaskan perasaannya
· Menjelaskan cara merawat klien menarik diri
· Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri
· Berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri
INTERVENSI
6..1.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
· Salam, perkenalan diri
· Jelaskan tujuan
· Buat kontrak
· Eksplorasi perasaan klien
6.1.2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
· Perilaku menarik diri
· Penyebab perilaku menarik diir
· Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
· Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.1.3. Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam berkomunikasi dengan orang lain
6.1.4. Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu
6.1.5. Beri penguatan positif atas hal-hal ang telah dicapai oleh keluarga

Terapi dan rehabilitasi

Terapi somatikAntipsikotikAntipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama :Antagonis resptor dopaminRisperidone ( risperdal )Clozapine ( clozaril )Obat lainLithiumAntikonvulsanBenzodiazepinTerapi elektro konvulsif ( ECT )Seperti juga dengan terapi konvulsi yang lain, cara bekerjanya elektro konvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek lamanya serangan skizofrenik dan dapat mempermudah kontak dengan pasien.Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang. ECT lebih mudah diberikan, dapat dilakukan secara ambulans, bahaya lebih kecil, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khususECT baik hasilnya pada jenis katatonik terutama katatonikstupor. Terhadap skizofrenik simplex efeknya mengecewakan, bila gejala hanya ringan lantas diberi ETC, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.
Terapi psikososialTerapi perilakuRencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yanga dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapakan. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau mernyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat dan postur tubuh yang aneh dapat diturunkan.Latihan keterampilan perilaku melibatkan penggunaan kaset video orang lain dan pasien, permainan simulasi dalam terapi dan pekerjaan rumah tentang keterampilan.Terapi berorientasi keluargaPerilaku setelah periode pemulangan, topik penting yang dibahas adalah proses pemulihan. Pusat terapi harus pada situasi untuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang memungkinkan menimbulkan kesulitan. Terapi selanjutnya dapat diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stress dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.Terapi kelompokTerapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi ini juga efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.
Terapi psikomotorTerapi psikomotorik ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan gerakan tubuh sebagai salah satu cara untuk melakukan analisa berbagai gejala yang mendasari suatu bentuk gangguan jiwa dan sekaligus sebagai terapi. Analisa yang diperoleh dapat dipakai sebagai bahan diskusi dinamika dari perilaku serta responnya dalam perubahan perilaku dengan tujuan mendapatkan perilaku yang paling sesuai dengan dirinya.Terapi rekreasiTerapi reakreasi ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan media reakresi (bermain, berolahraga, berdarmawisata, menonton TV, dan sebagainnya) dengan tujuan mengurangi keterganguan emosional dan memperbaiki prilaku melalui diskusi tentang kegiatan reakresi yang telah dilakukan, sehingg perilaku yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.Art terapiArt terapi ialah suatu bentuk yang menggunakan media seni ( tari, lukisan, musik,pahat, dan lain-lain) untuk mengekspresikan ketegangan-ketegangan pskis, keinginan yang terhalang sehingga mendapatkan berbagai bentuk hasil seni dan menyalurkan dorongan-dorongan yang terpendam dalam jiwa seseorang. Hasil seni yang dibuat selain dapat dinikmati orang lain dan dirinya juga akan meningkatkan harga diri seseorang.Perawat jiwa yang selalu dekat dengan pasien diharapkan dapat memberikan berbagai kegiatan yang terarah dan berguna bagi pasien dalam berbagai terapi tersebut.
RehabilitasiPengertian rehabilitasi adalah :a.Suatu proses yang kompleks, meliputi berbagai disiplin dan merupakan gabungan dari usaha medik, sosial, educational dan vaksional yang terpadu untuk mempersiapkan , meningkatkan/mempertahankan dan membina seseorang agar dapat mencapai kembali taraf kemampuan fungsional setinggi mungkin.b.Suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi penderita cacat agar mampu melaksankan fungsi sosilanya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Dalam proses kegiatan pelayanan rehabilitasi pasien mental ada 2 usaha pokok yaitu persiapan , penyaluran/penempatan dan pengawasan.Kegiatan persiapanKegiatan persiapan meliputi : seleksi/work assessment, okupasiterapi prevocational training (latihan kerja) seleksi/work asessment yang bertyjuan untuk memilih dan memberikan pengarahan dalam berbagai kegiatan yang cocok dengan kondisi pasien baik fisiknya, kecerdasannya, bakatnya, sifat-sifat keperibadiannya serta minatnya sehingga kegiatan tersebut dapat mengurangi gejala dan memperbaiki perilakunya. Okupasiterapi bertujuahn untuk memberikan berbagai kergiatan yang cocok sesuai dengan hasil seleksi. Latihan kerja (prevocational training) berusaha memberikan keterampilan kerja yang dapat dipakai sebagai bekal untuk hidup mandiri dan berguna.Kegiatan penempatan/penyaluranKegiatan penempatan/penyaluran adalah usaha untuk mengembalikan pasien ke keluarga/masyarakat dengan memperbaiki hubungan yang retak antara pasien dan keluarga sehingga keluarga bersedia menerima kembali ataupun mencari pengganti dan menyalurkan ke instansi lain.Kegiatan pengawasanKegiatan pengawasan adalah usaha tindak lanjut terhadap pasien yang telah dipulangkan dengan melakukan kunjungan rumah (home visit) atau menyelenggarakan bengkel kerja terlindung (sheltered workshop) di rumah sakit jiwa.
Peran perawat dalam pelayanan rehabilitasi pasien mental khususnya pasien skizofrenik, sangat penting, karena dalam kenyataan, pasien skizofrenik merupakan sebagian pasien kronis di dalam rumah sakit jiwa. Pasien kronis inilah yang merupakan sasaran pertama dalam upaya rehabilitasi agar mereka dapat dikembalikan ke masyarakat dan tidak mengisi sebagaian besar rumah sakit jiwa.Perawat merupakan petugas yang kerab melakukan pelayanan di rumah sakit jiwa, oleh karena itu informasi-informasi, pengalaman-pengalaman serta usaha-usaha yang dilakukan seseorang perawat terhadap pasien mental akan sangat berperan baik dalam persiapan, penyaluran/penempatan dan pengawasan rehabilitasi. Di samping itu peran perawat dalam kegiatan rehabilitasi masih dibutuhkan terutama dalam melibatkan keluarga atau masyarakat dalam pelaksanaan dan memperlancar upaya rehabilitasi. Pada saat seperti itulah perawat dapat memberikan pengarahan mengenai bagaimana keluarga dapat membantu agar pasien tidak menjadi kambuh kembali yaitu dengan tetap memberikan kegiatan yang berguna kepada pasien dan jangan malah disembunyikan. Bila di rumah sakit tersebut telah ada pelayanan pelayanan day care maka perawat perlu menyarankan agar pasien tersebut mengikuti kegiatan day care.

Perkembangan Hubungan Sosial
1) Bayi (tergantung pada rasa percaya terhadap diri dan orang lain)
2) Pra Sekolah (otonomi – Hubungan interdependen)
3) Sekolah (bekerjasama, kompetisi, dan kompromi)
4) Remaja (hubungan intim dengan teman sebaya dan sejenis, independen dengan orang tua)
5) Dewasa Muda (hubungan interdependen dengan orang tua dan teman)
6) Dewasa Tengah (hubungan interdependen dengan orang lain)
7) Dewasa Lanjut (penurunan dan kehilangan)
Gangguan Hubungan Sosial yaitu suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, pola tingkah laku maladaptive, mengganggu fungsi sosial dalam Hubungan sosialnya
Adaptive Responses maladaptif responses
Solitude Loneliness Manipulation
Autonomy Withdrawal Impulsivity
Mutuality Dependence Nacissism
Interdependence
Pengkajian
8) Faktor Predisposisi
Tumbuh kembang,komunikasi dalam keluarga, sosial budaya, biologis
9) Faktor Presipitasi
Sosial budaya, hormonal, hipotesa virus, model biological lingkungan sosial, psikologis
Perilaku
1. Curiga : tidak mampu mempercayai orang lain, bermusuhan, mengisolasi diri, paranoid
2. Manipulasi : kurang asertif, mengisolasi diri, HDR, sangat tergantung
3. Menarik diri/isolasi sosial : kurang spontan, apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain, komunikasi kurang atau tidak ada, tidak ada kontak mata, menolak berhubungan, tidak melakukan kegiatan sehari-hari
Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan Interaksi social : menarik diri
2. isolasi social
3. perawatan diri kurang : mandi/berhias/makan/eliminasi
4. resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

“Kerusakan Interaksi social : menarik diri “
Tujuan umum : mampu berinteraksi sosial dengan orang lain dan aktivitas sosial secara mandiri dengan cara yang pantas dan dapat diterima, tanpa hambatan dan atau kesulitan
Tujuan khusus : setelah tindakan keperawatan, klien mampu :
Membina hubungan saling percaya
menyadari penyebab isolasi sosial
berinteraksi dengan orang lain
Rencana Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya antara perawat-klien
Bantu klien untuk mengenali penyebab menarik diri
Bantu klien untuk mendiskusikan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang lain
Bantu klien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.




Pertimbangan umum
Pertimbangan yang pasti dari skizoprenia masih belum jelas. Konsensus umum saat ini adalah bahwa gangguan ini disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara berbagai faktor. Faktor-faktor yang telah dipelajari dan diimplikasikan meliputi predisposisi genetika, abnormalitas perkembangan saraf, abnormalitas struktur otak, ketidakseimbangan neurokimia, dan proses psikososial dan lingkungan.

Predisposisi genetika
meskipun genetika merupakan faktor risiko yang signifikan, belum ada penanda genetika tunggal yang diidentifikasi. Kemungkinan melibatkan berbagai gen.
penelitian telah berfokus pada kromosom 6, 13, 18, dan 22. Risiko terjangkit skizoprenia bila gangguan ini ada dalam keluarga adalah sebagai berikut:
satu orang yang terkena: risiko 12% sampai 15%
kedua orang tua terkena penyakit ini: risiko 35% sampai 39%
saudara sekandung yang terkena: risiko 8% sampai 10%
kembar dizigotik yang terkena: risiko 15%
kembar monozigotik yang terkena: risiko 50%

Abnormalitas perkembangan saraf
penelitian menunjukkan bahwa malformasi janin minor yang terjadi pada awal gestasi berperan dalam manifestasi akhir dari skizoprenia
faktor-faktor yang dapat memengaruhi perkembangan saraf dan diidentifikasi sebagai risiko yang terus bertamah meliputi:
individu yang ibunya terserang influenza pada trimester kedua
individu yang mengalami trauma atau cedera pada waktu dilahirkan
penganiayaan atau trauma di masa bayi atau masa kanak-kanak awal

Abnormalitas struktur otak
Pada beberapa subkelompok penderita skizoprenia, teknik pencitraan otak (CT, MRI, dan PET) telah menunjukkan adanya abnormalitas pada struktur otak yang meliputi:
pembesaran ventrikel
penurunan aliran darah ventrikel, terutama di korteks prefrontal
penurunan aktivitas metaolik di bagian-bagian otak tertentu
atrofi serebri

Ketidakseimbangan neurokimia (neurotransmiter)
dulu penelitian berfokus pada hipotesis dopamin, yang menyatakan bahwa aktivitas dopamin yang berleihan di bagian kortikal otak, berkaitan dengan gejala positif dari skizoprenia
penelitian terabaru menunjukkan pentingnya neurotransmiter lain termasuk serotonin, norepinefrin, glutamat, dan GABA.
Homeostasis, atau hubungan antarneurotransmiter, mungkin lebih penting dibanding jumlah relatif neurotransmiter tertentu
Tempat reseptor untuk neurotransmiter tertentu juga penting. Perubahan jumlah dan jenis reseptor dapat memengaruhi tingkat neurotransmiter. Oat psikotropik dapat memengaruhi tempat reseptor neurotransmiter dan juga neurotransmiter itu sendiri.

Proses psikososial dan lingkungan
teori perkembangan
teori keluarga
status sosial ekonomi
model kerentanan stres




DESKRIPSI
Definisi
Gangguan skizoprenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima, dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial.

Kriteria DSM-IV
Gangguan berlangsung selama sedikitnya 6 bulan dan termasuk minimal 1 bulan gejala fase aktif yang melibatkan dua atau lebih hal-hal berikut ini: waham, halusinansi, bicara tidak teratur, perilaku yang sangat kacau atau katatonik, gejala-gejala negatif ( mis, afek datar, alogia, atau avolisi.


Kriteria lain
Terganggunya fungsi sosial dan okupasi.
Gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan mengesampingkan ciri-ciri psikotik.
Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologik dari suatu zat atau kondisi medis umum.
Gejala umum
Waham
Asosiasi longgar
Halusinasi
Ilusi
Depersonalisasi/derealisasi
Afek datar
Ambivalensi
Avolisi
Alogia
Ekopraksia
Anhedonia
Pemikiran konkrit


Klasifikasi
Skizoprenia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu positif atau negatif. Kebanyakan klien dengan gangguan ini mengalami campuran dua jenis gejala.
Gejala positif meliputi halusinasi, waham, asosiasi longgar, dan perilaku yang tidak teratur atau aneh.
Gejala negatif meliputi emosi tertahan (afek datar), anhedonia, avolisi, alogia, dan menarik diri.


Jenis
1. Skizoprenia paranoid
Ciri-ciri utamanya adalah waham yang sistematis atau halusinasi pendengaran
Individu ini dapat penuh curiga, argumentatif, kasar dan agresif.
Perilaku kurang regresif, kerusakan sosial leih sedikit, dan prognosisnya leih baik dibanding jenis-jenis yang lain.
2. Skizoprenia hebefrenik (disorganized schizophrenia)
Ciri-ciri utamanya adalah percakapan dan perilaku yang kacau, serta afek yang datar atau tidak tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi.
Individu tersebut juga mempunyai sikap yang aneh, menunjukkan perilaku menarik diri secara sosial yang ekstrim, mengabaikan higiene dan penampilan diri.
Awitan biasanya terjadi sebelum usia 25 tahun dan dapat bersifat kronis.
Perilaku regresif, dengan interaksi sosial dan kontak dengan realitas yang buruk.
3. Skizoprenia katatonik
Ciri-ciri utamanya ditandai dengan gangguan psikomotor, yang melibatkan imobilitas atau justru aktivitas yang berlebihan.
Stupor katatonik. Individu dapat menunjukkan ketidakaktifan, negativisme, dan kelenturan tuuh yang berlebihan.
Catatonic excitement melibatkan agitasi yang ekstrim dan dapat disertai dengan ekolalia dan ekopraksia.
4. Skizoprenia yang tidak digolongkan
Ciri-ciri utamanya adalah waham, halusinasi, percakapan yang tidak koheren dan perilaku yang kacau.
Klasifikasi ini digunakan bila kriteria untuk jenis lain tidak terpenuhi.
5. Skizoprenia residu
Ciri-ciri utamanya adalah tidak adanya gejala akut saat ini, melainkan terjadi di masa lalu.
Dapat terjadi gejala-gejala negatif, seperti isolasi sosial yang nyata, menarik diri dan gangguan fungsi peran.
Awitan dan perjalanan penyakit
Awitan gejal biasanya terjadi pada masa remaja akhir atau dewasa awal. Awitan dapat terjadi bertahap atau tiba-tiba.
Perjalanan penyakit skizoprenia bervariasi, dan dapat sembuh. Sebagian klien dapat sembuh total, sebagian lagi kronis atau tidak dapat disembuhkan.

A. Pengkajian


1. Riwayat. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stresor pencetus dan data yang signifikan.
§ Kerentanan genetic-biologik (riwayat keluarga)
§ Peristiwa hidup yang menimbulkan stress
§ Hasil pemeriksaan status mental
§ Riwayat psikiatrtik dan keptuhan terhdap pengobatan di masa lalu
§ Riwayat pengobatan
§ Penggunaan obat dan alkohol
§ Riwayat pendidkkan dan pekerjaan
2. Kaji klien untuk adanya gejala-gejala karakteristik
3. Kaji sistem pendukung keluarga dan komunitas
Pengaturan hidup saat ini dan tingkat pengawasan
Keterlibatan dan dukungan keluarga
Manajer kasus atau ahli terapi
§ Pertisipasi dalam program pengobatan komunitas
4. Kaji pengetahuan dasar klien dan keluarga. Kaji apakah klien dan keluarganya mempunyai pengetahuan yang cukup tentang :
Gangguan skizofrenia
Rekomendasi medikasi dan pengobatan
Tanda-tanda kekambuhan
§ Tindakan untuk mengurangi stres
5. Kaji klein untuk adanya efek samping medikasi antipsikotik
Efek sistem pyramidal ( extrapyramidal system ;ESE,). Gunakan alat-alat tertentu, seperti skala AIMS atau skala neurological simpson, untuk melakukan pengkajian.
Afek antikolinergik
Efek kardiovaskuler

B.Diagnosis keperawatan

1. Analisis gejala positif dan negative
2. Analisis kekutan dan kelemahan klien, termasuk:
Kemampuan mengurus diri
Sosialisasi
Komunikasi
Menguji realitas
Keterampilan pekerjaan
Sistem pendukung
3. Analisis faktor-faktor yang meningkatkan resiko ekspresi perilaku yang tidak disadari, termasuk:
Agitasi
Marah
Curiga
Adanya halusinasi yang mengancam
4. Membentuk dan memprioritaskan diagnosis keperawatan bagi klien dan kelurganya.
Harga diri rendah, kronis
Koping keluarga tidak efektif : memburuk
Gangguan penetalaksaan pemeliaharan rumah
Koping individu tidak efektif
Kurang pengetahuan ( sebutkan)
Penatalaksanaan tidak efektif progarm terapeutik : keluarga
Penatalaksanaan tidak efektif progarm terapeutik : individu
Ketidakpatuhan
Perubahan kinerja peran
Kurang perawatan diri ( sebutkan)
Perubahan sensorik/persepsi: penglihatan, penedengaran , kinestetik, pengecapan, peraba, penciuman (sebutkan)
Perubahan proses berfikir
Resiko kekerasan terhadap diri sendiri/orang lain

C.Perencanaan dan identifikasi hasil
1. Tetapkan tujuan yang realistis bersama klien.2. Tetapkan kriteria hasil yang diinginkan bagi klien dengan gangguna skizofrenia. 3. Tetapkan criteria hasil yang diinginkan bagi keluarga yang memilki anggota keluarga skizofrenia.

D. Implementasi

1. Klien yang menarik diri dan isolasi
Gunakan diri secara terapeutik.
Lakukan interaksi yang terencana, singkat, sering dan tidak menuntut.
Rencanakan kativitas sederhana satu-lawan-satu.
Pertahankan konsistensi dan kejujuran dalam interaksi.
Secara bertahap anjurkan klien untuk berinteraksi dengan teman-temannya dalam situasi yang tidak mengancam
Berikan pelatihan keterampilan sosial.
Lakukan berbagai tindakan untuk meningkatkan harga diri.
2. Klien menunjukkan perilaku regresif atau tidak wajar
Lakukan pendekatan apa adanya terhadap perilaku aneh (jangan memperkuat perilaku ini).
Perlakukan klien sebagai orangdewasa, waluapun ia mengalami regresi.
Pantau pola makan klien; dan beri dukungan serta bantuan bila perlu.
Bantu klien dalam hal higiene dan berdandan, hanya bila ia tidak dapat melakukannya sendiri.
Berhati-hati dengan sentuhan karena dapat dianggap sebagai ancaman
Buat jadwal rutin aktivitas hidup sehari-hari.
Berikan pilhan sederhana dari dua hal bagi klien yang mengalami mabivalensi
3. Klien dengan pola komunikasi tidak jelas
Perthankan komunikasi anda sendiri agar tetap jelas dan tidak ambigu.
Pertahankan konsistensi komunikasi verbal dan nonverbal anda.
Klarifikasi setiapmakna yang ambigu atau tidak jelas berkaitan dengan komunikasi klien
4. Klien curiga dan kasar
Bentuk hubungan profesional; terlalu ramah dapat diangap ancaman.
Berhati-hati dengan sentuhan karena dapat dianggap sebagai ancaman.
Berikan kontrol dan otonomi sebanyak mungkin kepada klien dalam batas-batas terapeutik.
Ciptakan rasa percaya melalui interaksi singkat yang mengomunikasikan perhatian dan rasa hormat.
Jelaskan setiap pengobatan, medikasi dan pemeriksaan laboratorium sebelum memulainya.
Jangan berfokus atau memperkuat ide curiga atau waham.
Identifikasi dan berikan respons terhadap kebutuhan emosi yang mendasari kecurigaan atau waham
Lskuksn intervensi bila klien menunujjkan tanda-tanda peningkatan ansietas dan berpotensi mengkejspresikan perilaku yang tidak disadarinya.
Berhati-hatilah untuk tidak berperilaku dengan cara yang dapat disalahartikan kilen.
5. Klien dengan halusinasi atau waham
Jangan memfokuskan perhatian pada halusinasi atau waham. Lakukan interupsi terhadap halusinasi klien dengan memulai interaksi satu-lawan-satu yang didasarkan pada realitas.
Katakan bahwa Anda tidak sependapat dengan persepsi klien, tetapi validasi bahwa anda percaya bahwa halusinasi tersebut nyata bagi klien.
Jangan berargumentasi dengan klien tentang halusinasi atau waham.
Berikan respons terhadap perasaan yang dikomunikasikan klien pada saat ia mengalami halusinasi atau waham.
Alihkan dan fokuskan klien pada aktivitas yang terstruktur atau tugas berbasis realitas.
Pindahkan klien ke tempat yang lebih tenang, yang kurang menstimulasi.
Tunggu sampai klien tidak mengalami halusinasi atau waham sebelum memulai sesi penyuluhan tentang hal itu.
Jelaskan bahwa halusinasi atau waham adalah gejala-gejala gangguan psikiatrik.
Katakan bahwa ansietas atau peningkatan stimulus dari lingkungan, dapat menstimulasi timbulnya halusinasi.
Bantu klien mengendalikan halusinasinya dengan berfokus pada realitas dan minum obat sesuai resep.
Bila halusinasi tetap ada, Bantu klien untk mengabaikannya dan tetap bertindak dengan benar walaupun terjadi halusinasi.
Ajarkan berbagai strategi kognitif dan katakan kepada klien untuk menggunakan percakapan diri (“suara-suara itu tidak masuk akal”) dan penghentian pikiran (“saya tidak akan memikirkan tentang hal ini”).
6. Klien dengan perilaku agitasi dan berpotensi melakukan kekerasan
Observasi tanda-tanda awal agitasi; lakukan intervensi sebelum ia mulai mengekpresikan perilaku yang tidak disadarinya.
Berikan lingkungan yang aman dan tenang; kurangi stimulus ketika klien mengalami agitasi.
Jangan membalas klien bila klien berkata kasar; gunakan nada suara yang tenang. Berikan ruang pribadi dan hindari kontak fisik.
Dorong klien untuk membicarakan, dan bukan melampiaskan perasaannya.
Tawarkan obat seperlunya kepada klien yang mengalami agitasi.
Isolasi klien dari lingkungan sosial klien bila agitasi meningkat.
Tetapkan batasan-batasan perilaku yang tidak dapat diterima dan secara konsisten ikuti protokol institusi untk mengambil tindakan.
Ikuti protokol institusi untuk menghadapi klien yang mengekspresikan perilaku yang tidak disadari.
Pastikan bahwa semua anggota staf ada di tempat pada saat berupaya meredakan kekerasan yang dilakukan klien. Bila diperlukan restrein, laukan secara aman dan dengan sikap yang tidak menghukum, ikuti protokol dan berikan lingkungan yang aman.
7. Keluarga dari klien dengan gangguan skizofrenia
Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mendiskusikan perasaan dan kebutuhannya.
Bantu keluarga mendefinisikan aturan-aturan dasar tentang menghormati privasi orang lain dan hidup bersama.
Anjurkan setiap anggota keluarga untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas.
Anjurkan setiap anggota keluarga untuk terlibat dalam kegiatan kelompok pendukung.
Bantu setiap anggota keluarga untuk mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas dan menyusun rencana strategi koping yang spesifik.
Ajarkan pada keluarga tentang penyakit skizofrenia dan penatalaksanaannya.

Penyuluhan keluarga yang anggota keluarganya menderita skizofrenia
1. Ajarkan pada keluarga tentang skizofrenia :
§ Skizofrenia adalah gangguan otak yang memengaruhi semua aspek fungsional.Tidak ada penyebab tunggal yang telah ditetapkan, tetapi penelitian menunjukkan bahwa penyebabnya, antara lain genetika, perubahan struktur dan kimia otak, serta berbagai faktor yang berkaitan dengan stress.
§ Gejala-gejalanya dapat mencakup mendengar suara-suara (halusinasi), keyakinan yang keliru (waham), berkomunikasi dengan cara yang sulit dipahami, serta fungsi okupasi dan sosial yang buruk.
§ Gejala-gejala dapat membaik, tetapi dapat juga kambuh terus seumur hidup.
2. Ajarkan pada keluarga tentang :
§ Obat-obatan antipsikotik yang digunakan; penting bagi klien untuk meminumnya sesuai resep.
§ Efek samping yang banyak terjadi dan dapat diatasi bila segera dilaporkan ke penyedia layanan kesehatan. (Berikan informasi spesifik mengenai obat klien).
§ Menindaklanjuti perawatan dengan ahli terapi atau manajer perawatan merupakan hal yang sangat penting.
3. Ajarkan pada keluarga tentang cara-cara mengatasi gejala klien :
Identifikasi berbagai kejadian yang secara tipikal mengecewakan klien dan memberikan bantuan ekstra sesuai kebutuhan.
Catat kapan klien menjadi marah dan lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi ansietas.
Tindakan untuk mengurangi ansietas meliputi istirahat, teknik-teknik relaksasi, keseimbangan antara istirahat dan aktivitas, dan diet yang tepat.
Catat gejala-gejala yang ditunjukkan klien ketika ia sakit, dan bila ini terjadi anjurkan klien untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan (bila ia menolak, Anda harus menghubungi sendiri penyedia layanan kesehatan tersebut).
Tidak menyetujui pernyataan klien tentang halusinasi atau waham; beri tahu tentang realitas, tetapi jangan berargumentasi dengan klien.
Informasi tambahan :
Ajarkan kepada keluarga tentang perawatan diri
Anjurkan keluarga untuk membicarakan tentang perasaan dan kekhawatiran mereka dengan penyedia layanan kesehatan.
Anjurkan keluarga untuk mau mempertimbangkan bergabung dengan kelompok pendukung atau bantuan masyarakat.

E. Evaluasi hasil

1. Klien mengidentifikasikan perasaan internalnya terhadap ansietas dan menggunakan tindakan koping yang sudah dipelajarinya untuk mengurangi ansietas.
2. Klien dapat menjaga hygiene dirinya.
3. Klien mengikuti jadwal rutin untuk aktivitas hidup sehari-hari.
4. Klien menunjukkan perilaku yang tepat dalam situasi sosial.
5. Klien berkomunikasi tanpa menunjukkan pemikiran disosiasi.
6. Klien membedakan antara pikiran da perasaan yang distimulasi dari dalam dirinya dan yang distimulasi dari luar.
7. Klien menunjukkan berkurangnya atau terkendalinya cara berpikir magis, waham, halusinasi dan ilusi.
8. Klien menunjukkan perbaikan interaksi sosial dengan orang lain.
9. Klien menunjukkan afek yang sesuai dengan perasaan, pikiran, dan situasi.
10. Klien menunjukkan berkurangnya perasaan curiga, negatif dan marah.
11. Klien mengidentifikasi aspek-aspek positif pada dirinya.
12. Anggota keluarga menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi situasi yang menimbulkan ansietas.
13. Klien berpartisipasi dalam rencana pengobatan dan mau menindaklanjuti program pengobatan di komunitas.
14. Klien dan keluarga menggunakan pengetahuan tentang gangguan, program pengobatan, medikasi, gejala-gejala dan penatalaksanaan krisis secara berkelanjutan.








schizophrenia treatment

REFERENSI


Keliat, Budi Anna, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Maslim, Rusdi. 1998. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta
Stuart, Gail W.2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 5. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
Isaac, A. Alih bahasa : Rahayunigsih, D. P. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Edisi 3. Jakarta. EGC

www.perawatjiwaunpad.blogspot.com